Hadirnya donasi nutrisi merupakan bentuk kepedulian UNICEF yang akan membantu masyarakat mengatasi masalah kesehatan, dalam hal ini malnutrisi. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang menargetkan penurunan kasus stunting hingga 14% pada 2024 mendatang.
Risiko stunting yang masih besar di Indonesia
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan, pihaknya akan melakukan pendekatan gizi spesifik sebagai pendamping pendekatan gizi sensitif. Program ini berhubungan dengan evaluasi serta pendidikan masalah gizi. Jenis pendekatan ini pun diharapkan menekan risiko stunting dan menjadi intervensi yang efektif di bidang kesehatan.
Kemenkes menambahkan, mereka telah memetakan 12 provinsi prioritas untuk yang dianggap memenuhi target penurunan stunting signifikan. Hanya saja ada tujuh provinsi yang proyeksi stunting tinggi dan memerlukan estimasi jumlah kasus per provinsi dengan data lebih akurat.
Intervensi spesifik stunting sebaiknya diaplikasikan sebelum dan setelah kelahiran. Sebelum persalinan, sekitar 23% bayi baru lahir sudah mengidap stunting akibat bumil yang kekurangan gizi. Sementara setelah melahirkan meningkat secara signifikan saat bayi berusia 6-23 bulan menjadi 37% akibat kurangnya asupan protein dan gaya parenting yang kurang sesuai.
Program intervensi spesifik untuk mengatasi stunting
Penggunaan dana dari donasi anak Indonesia dengan program intervensi spesifik dapat menjadi solusi untuk menurunkan stunting di Indonesia. Setidaknya ada 11 program yang telah disiapkan. Di antaranya konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri, skrining anemia terhadap siswa kelas 7 dan 10, pemeriksaan kehamilan, hingga menambah asupan protein hewani.
Konsumsi tablet tambah darah menjadi salah satu hal yang diprioritaskan, sebab masalah tersebut kerap dialami sejumlah remaja putri di Indonesia. Untuk itu, pemberian tablet sedini mungkin dan rutin dikonsumsi diharapkan dapat membantu menekan stunting pada anak di kemudian hari.
0 Komentar